Oleh:
Fahrul Khakim
Fahrul Khakim
Cerpen Miniku di Majalah Gadis edisi 22 (2012) |
“Kebetulan
tiga kali aku ke mal itu, aku lihat kakakmu sedang milih-milih baju di butik itu.
Berturut-turut. Bukannya bermaksud manas-manasin kamu. Cuma aku heran, butik
itu kan terkenal mahal dan mewah. Aku aja mikir berkali-kali buat belanja di
situ.” jelas Bela.
tiga kali aku ke mal itu, aku lihat kakakmu sedang milih-milih baju di butik itu.
Berturut-turut. Bukannya bermaksud manas-manasin kamu. Cuma aku heran, butik
itu kan terkenal mahal dan mewah. Aku aja mikir berkali-kali buat belanja di
situ.” jelas Bela.
“Iiih, dasar kakak serigala berbulu domba.
Kelihatannya aja baik dan sok sibuk, padahal suka foya-foya. Huh, aku makin
benci sama Kak Sasha. Mama juga gitu. Kenapa sih mama selalu lebih sayang sama
Kak Sasha? Apa karena dia anak pertama?” ucap Mika dengan sedih.
Kelihatannya aja baik dan sok sibuk, padahal suka foya-foya. Huh, aku makin
benci sama Kak Sasha. Mama juga gitu. Kenapa sih mama selalu lebih sayang sama
Kak Sasha? Apa karena dia anak pertama?” ucap Mika dengan sedih.
“Sabar, Ka. Jangan pikiran negatif dulu!
Ingat, puasa. Jaga amarah,”
Ingat, puasa. Jaga amarah,”
“Biarin, lagian aku lagi halangan. Aku udah
capek, Bel. Ini udah kelewatan. Makanya akhir-akhir ini tiap pulang sekolah,
aku lebih suka main di rumahmu. Males ketemu mereka dan dan bertengkar sama mama
soal Kak Sasha. Huh! Apalagi kemarin aku sempat minta uang sama mama buat beli
baju lebaran keren di mal itu. Tapi mama bilang belum punya uang. Coba kalau
Kak Sasha yang minta, pasti langsung dikasih.” kesal Mika.
capek, Bel. Ini udah kelewatan. Makanya akhir-akhir ini tiap pulang sekolah,
aku lebih suka main di rumahmu. Males ketemu mereka dan dan bertengkar sama mama
soal Kak Sasha. Huh! Apalagi kemarin aku sempat minta uang sama mama buat beli
baju lebaran keren di mal itu. Tapi mama bilang belum punya uang. Coba kalau
Kak Sasha yang minta, pasti langsung dikasih.” kesal Mika.
“Setahuku, semua orang tua pasti sayang sama
anak-anaknya, Ka. Kamu emang sering curhat padaku soal mamamu yang katamu pilih
kasih itu. Kupikir, siapa tahu itu karena kamu jarang ngobrol baik-baik sama
dia. Jangan malah menghindarinya,” Bella mencoba menasehati.
anak-anaknya, Ka. Kamu emang sering curhat padaku soal mamamu yang katamu pilih
kasih itu. Kupikir, siapa tahu itu karena kamu jarang ngobrol baik-baik sama
dia. Jangan malah menghindarinya,” Bella mencoba menasehati.
“Tauk ah! Kayaknya mamaku itu beda, mama lebih
sayang Kak Sasha. Mentang-mentang Kak Sasha mahasiswa tata busana. Seenaknya
sendiri dia belanja baju. Aku jadi ingin buktiin ucapanmu tadi. Gimana kalo
sekarang kita ke mal itu?” ajak Mika. Bella menyetujuinya.
sayang Kak Sasha. Mentang-mentang Kak Sasha mahasiswa tata busana. Seenaknya
sendiri dia belanja baju. Aku jadi ingin buktiin ucapanmu tadi. Gimana kalo
sekarang kita ke mal itu?” ajak Mika. Bella menyetujuinya.
*
* *
* *
“Duh, baju lebaran incaranku yang biasa di-display itu pasti sudah terjual deh.
Huhu. Gagal punya baju keren. Hiks,” Mika berkata kecewa saat melintasi sebuah
distro favoritnya.
Huhu. Gagal punya baju keren. Hiks,” Mika berkata kecewa saat melintasi sebuah
distro favoritnya.
“Mungkin belum rejeki, Ka. Sabar,” Lagi-lagi
Bella berusaha menasehatinya.
Bella berusaha menasehatinya.
Mereka melanjutkan perjalanan ke butik yang
dimaksud Bella. Mika sungguh syok saat melihat kakaknya sedang antusias memilah-milah
baju-baju keren yang ada di butik itu. Lagak Kak Sasha tampak sangat bersemangat,
membuat kekesalan Mika semakin meningkat. Tanpa babibu, Mika segera masuk ke
dalam butik itu. Dia gagal menjaga emosi.
dimaksud Bella. Mika sungguh syok saat melihat kakaknya sedang antusias memilah-milah
baju-baju keren yang ada di butik itu. Lagak Kak Sasha tampak sangat bersemangat,
membuat kekesalan Mika semakin meningkat. Tanpa babibu, Mika segera masuk ke
dalam butik itu. Dia gagal menjaga emosi.
“Oooo Kak Sahsa lagi asyik belanja ya?
Dikasih uang saku berapa sama mama? Kayaknya mau borong baju nih,” sindir Mika,
tanpa tedeng aling-aling.
Dikasih uang saku berapa sama mama? Kayaknya mau borong baju nih,” sindir Mika,
tanpa tedeng aling-aling.
Kak Sasha yang terkejut dengan kehadiran Mika
itu tampak bingung.
“Kenapa
nggak bisa jawab, Kak? Dugaanku ternyata benar. Mama memang lebih sayang sama
kakak.” tuduh Mika lagi. Bella berusaha menenangkannya namun tak berhasil.
itu tampak bingung.
“Kenapa
nggak bisa jawab, Kak? Dugaanku ternyata benar. Mama memang lebih sayang sama
kakak.” tuduh Mika lagi. Bella berusaha menenangkannya namun tak berhasil.
“Mika, kamu salahpaham, biar aku jelaskan dulu.
Sebaiknya kita bicara di luar saja. Bella, izinkan kami bicara berdua ya?” ucap
Kak Sasha. Dia mengambil sebuah tas belanja di dekat meja kasir lalu mengajak
Mika bicara di luar butik. Mika menurut tapi tetap cemberut.
Sebaiknya kita bicara di luar saja. Bella, izinkan kami bicara berdua ya?” ucap
Kak Sasha. Dia mengambil sebuah tas belanja di dekat meja kasir lalu mengajak
Mika bicara di luar butik. Mika menurut tapi tetap cemberut.
“Semuanya sudah jelas. Kakak tahu sendiri kan, kemarin
aku minta uang sama mama buat beli baju, tapi nggak dikasih. Eh, kakak sekarang
malah enak-enakkan belanja.”
aku minta uang sama mama buat beli baju, tapi nggak dikasih. Eh, kakak sekarang
malah enak-enakkan belanja.”
“Belanja? Mika, kamu salah sangka. Kakak sedang magang di
butik itu sejak seminggu yang lalu. Pemilik butik itu juga dosen kakak, jadi
kakak sekaligus belajar desain baju dari beliau.” Penjelasan Kak Sasha kontan
membuat Mika kaget bukan main.
butik itu sejak seminggu yang lalu. Pemilik butik itu juga dosen kakak, jadi
kakak sekaligus belajar desain baju dari beliau.” Penjelasan Kak Sasha kontan
membuat Mika kaget bukan main.
“Kenapa kakak dan mama nggak cerita?”
“Bagaimana kami bisa cerita kalau kamu jarang di rumah dan
nuduh mama pilih kasih sama kakak? Lain kali, kamu bicaralah dengan mama dan
kakak baik-baik. Jangan main ngambek dengan kabur ke rumah Bella tiap pulang
sekolah sampe sore. Mama tidak pernah pilih kasih. Kemarin mama memang belum
punya uang karena gaji mama dan papa belum turun.”
nuduh mama pilih kasih sama kakak? Lain kali, kamu bicaralah dengan mama dan
kakak baik-baik. Jangan main ngambek dengan kabur ke rumah Bella tiap pulang
sekolah sampe sore. Mama tidak pernah pilih kasih. Kemarin mama memang belum
punya uang karena gaji mama dan papa belum turun.”
Mika gugup dan menyesal mendengar penjelasan kakaknya.
Dia jelas malu banget dan serba salah. “Maafkan Mika, Kak Sasha.” ucapnya,
lirih.
Dia jelas malu banget dan serba salah. “Maafkan Mika, Kak Sasha.” ucapnya,
lirih.
Kak Sasha tersenyum penuh perhatian. “Sama-sama, Mika. Maafkan
aku juga karena kurang perhatian padamu dan sering membuatmu merasa mama lebih
sayang padaku. Untuk menebus rasa bersalahku, maukah kamu menerima ini? I hope you like it. Kakak nabung buat
beli ini. Kayaknya ini cocok buatmu.” Kakak menyodorkan sebuah tas belanja pada
Mika.
aku juga karena kurang perhatian padamu dan sering membuatmu merasa mama lebih
sayang padaku. Untuk menebus rasa bersalahku, maukah kamu menerima ini? I hope you like it. Kakak nabung buat
beli ini. Kayaknya ini cocok buatmu.” Kakak menyodorkan sebuah tas belanja pada
Mika.
Mika menerima dan membuka isinya dengan takjub. Wow, itu adalah
baju lebaran incaran Mika. Mata Mika seketika basah karena terharu. “Kak
Sasha…., makasih banget.”
baju lebaran incaran Mika. Mata Mika seketika basah karena terharu. “Kak
Sasha…., makasih banget.”
“Iya. Marilah kita mulai awal yang baru tanpa saling
curiga lagi. Berjanjilah, kau juga akan minta maaf sama mama nanti.” pesan Kak
Sasha. Mika mengangguk pasti.
curiga lagi. Berjanjilah, kau juga akan minta maaf sama mama nanti.” pesan Kak
Sasha. Mika mengangguk pasti.
dimuat Gadis
edisi 22: 10 – 30 Agustus 2012
edisi 22: 10 – 30 Agustus 2012
Majalah Gadis edisi 22 |
1 Comment. Leave new
Meteorqq
Istanadomino
Arenaqq