Oleh: Fahrul Khakim
Setan senang melihat Fahrul sedih karena kalah lomba cerpen. Padahal sudah sejak SMP, Fahrul mulai menulis cerpen untuk majalah sekolahnya. Meski awalnya cerpennya ditolak, dia tetap berusaha. Di edisi berikutnya, cerpennya dimuat. Meledaklah semangatnya menulis.
Fahrul juga pernah menulis novel sejak lulus SMA. Bahkan dia sudah menyelesaikan dua naskah novel dan dikirimkan ke penerbit. Sayang, kedua naskahnya ditolak. Aku menyarankannya untuk mengirimkan ke penerbit lain. Ternyata juga ditolak.
Aku tetap menebarkan sikap positif dalam dirinya. Syukurlah, godaan setan yang bertubi-tubi mengajak Fahrul untuk berhenti menulis, tak dihiraukan majikanku. Fahrul percaya memperjuangkan mimpi buruh proses. Kembali ku tanamkan prinsip itu di saat Fahrul mulai lemah motivasinya.
Kini cerpen majikanku sudah beredar di beberapa media masa. Semangatnya kembali berkobar dan dia mulai mengikuti beberapa lomba cerpen. Namun saat kalah lomba, dia tentu bersedih. Setan tak akan tinggal diam membuat semangat menulis Fahrul meredup.
Aku, sang malaikat, tak pernah bosan menyemangati Fahrul kembali bangkit menorehkan karya dengan hati. Menulis bukan soal menang atau kalah, tetapi tentang berbagi rasa. Aku tersenyum saat Fahrul giat menulis lagi dengan pena kreatifitasnya. Setan kembali cemberut. Aku yakin tuanku akan selalu menulis. Karena menulis bukan sekedar impiannya, tapi jiwa yang selalu bergelora.
4 Comments. Leave new
Aku salut akan semangatmu, Fahrul! 🙂
Semoga aku bisa mengikuti jejakmu.. ^^
Keep writing and keep spirit!
🙂
sama-sama. Danke. Keep spirit & writing! 🙂
jempol buat khakim……. ndak sengaja tadi aku sama mbk fiya lihat karyamu di surya….. eh ternyata adiknya jadi penulis,,, mbk turut bangga….. salam buat lek ko yg di rengel ya.. salam juga dari mbah tun….
@ Mbak Fika: Terima kasih apresiasinya, ya, Mbak. Aamiin. Matur nuwun doanya juga. Oke, salam juga untuk keluarga pean ya? Saya masih belum mudik. Baru bisa mudik tiap libur semester. Semangat dan sukses juga untuk pean ya, Mbak? 🙂